Bepergian ke Jogja yang Penuh Drama

mysanctuary1051.blogspot.com


Setelah cukup lama saya ngga berkunjung ke Jogja, akhirnya, akhir pekan kemarin, 3-4 Agustus 2019, saya berkesempatan mengunjungi kota pelajar ini. Dalam rangka mengunjungi pameran buku besar, big Bad Wolf (BBW) yang ke sekian (saya lupa sudah tahun ke berapa BBW ini diadakan di Indonesia). Jauh-jauh hari, saya sudah sepakat dengan beberapa teman di komunitas Blogger Buku Indonesia (BBI) untuk saling bertemu di acara ini. Untuk itu, jauh-jauh hari pula saya memesan tiket kereta perjalanan dari Semarang ke Solo. Tiket kereta Kalijaga seharga 10.000 perorang ini dipesan kakak saya melalui loket stasiun kereta Semarang, Stasiun Poncol. Kami berencana berangkat bersama, meski dengan tujuan yang mungkin agak berbeda. Dari keluarga saya, saya mengajak keponakan, angie, dan mamanya, yang berarti itu kakak saya, Mbak Nana, dan keponakan saya mengajak 3 orang temannya. Saya sendiri bersama dua teman lainnya. Kebayang serunya kan ya?

Seru dan penuh drama. πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†

Sabtu yang ditunggu akhirnya tiba juga. Tiket lanjutan dari Solo menuju ke Jogja seharga 8.000 sudah dipesan. Semua aman. Semua? Ternyata tidak, bambaaaang…

Drama yang pertama dimulai dari teman keponakan saya yang menjelang jam 8 pagi ternyata tidak bisa dihubungi. Apa yang terjadi? Hmmmm…. Ternyata si teman ini belom banguunn… wadduuhh, neng… semalem bobok jam berapaaaa? Dengan sedikit panik, Angie pun menyambangi rumahnya. Kereta jam 9 pagi harus dikejar biar bagaimana pun juga.

Waktu sudah menunjukkan lebih dari 8.30 ketika gocar kami berhenti di depan stasiun Poncol. Dengan setengah berlari, tas punggung yang terayun-ayun di pundak, dan dengkul saya yang tiba-tiba nyeri, akhirnya kami masuk melewati peron. Sebelumnya, teman saya, Watik, sempat heboh dengan kartu identitasnya yang tercecer entah dimana. Untungnya dia membawa fotokopi KTPnya. Ya ampun, jangan-jangan dia juga bawa fotokopi surat lahir, dan fotokopi surat lainnya… πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Masih dalam kondisi panik, saya melihat ada dua kereta yang sedang parkir (parkir? Lu kira ini parkiran ojol?), tanpa melihat tulisan diatasnya, saya dan Watik sudah nyelonong masuk kereta. Melihat tempat duduk kereta yang bagus, saya mulai merasa ada yang salah. Tiket 10 ribu, masak iya, tempat duduk berdua saja? Sementara sirene keberangkatan sudah meraung-raung. Suara pengumuman keberangkatan kereta sudah bergema berkali-kali. Dengan panik saya langsung turun kereta dan bertanya pada petugas. Si petugas menunjuk kereta saya yang seharusnya adalah yang ada di seberang. Tapi saya dan teman saya dilarang menyeberang saat itu karena ada kereta lain yang bakal parkir. Hadeeeh… kapasitas parkir kereta sampe barapa ya di stasiun kecil ini? Dengan kekuatan nasi dan oseng buncis sarapan tadi pagi, saya berhasil naik kereta parkir itu dan turun demi menyeberang ke kereta Kalijaga yang dengan setia menanti saya. Tsaaahh…
mysanctuary1051.blogspot.com

Setelah berada di atas kereta api, ternyata ada drama lanjutan. Saya sih yang bikin drama. Huhuhu… how foolish I was. Dengan alasan memory HP yang mulai penuh, saya dengan sengaja meghapus aplikasi KAI Access, dimana saya membeli tiket prameks menuju Jogja. Dengan mengunduh ulang dan login lagi, ternyata itu tidak menyelesaikan masalah. Kenapa? Karena username dan password saya dianggap tidak sesuai. Berulang kali saya mencoba, tetap gagal. Saya coba reset password, tetap saja gagal. Akhirnya saya mencoba menghubungi CS PT KAI Access di twitter. Ditanggapi dengan cepat sih, tapi apakah menyelesaikan masalah? Ngga juga.

Pukul 11.45 kami tiba di stasiun Solo Balapan. Sekali lagi kami tergopoh-gopoh menuju CS di stasiun. Dengan terbata-bata saya menerangkan kronologis masalah, dan sesembak yang tengah bertugas dengan sigap membantu. Alhamdulillah. Tiket sementara sudah di tangan, kami tinggal melenggang masuk ke kereta yang akan segera berangkat pukul 12.15.

Ohya, omong-omong, tiket seharga 8000 itu berasa murah banget lo dengan fasilitas dan kondisi kereta yang bagus dan bersih. Dingin pula. Pemandangan area pedesaan membuat saya ingin berpuisi. Halah… hahahaha… Di tengah seru obrolan saya dan Watik, saya tiba-tiba menerima kabar duka dari seorang teman kantor saya dulu yang mengabarkan ibundanya berpulang. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Mengingat kedekatan kami dulu, rasanya kurang sopan jika saya tidak bertakziah ke rumahnya. Saya berencana ingin berkunjung kesana di Minggu pagi. Saya pikir, bis dari Jogja pasti cukup mudah mencari rute menuju Wonosobo. Tapi ternyata ibundanya tidak dimakamkan di Wonosobo melainkan di makam keluarga di Temanggung. Dengan sangat menyesal, kami hanya bisa mengirim doa-doa terbaik untuk ibunda teman saya beserta teman saya dan keluarga.

Pukul 14.00 kami akhirnya tiba di stasiun Tugu, stasiun terdekat dengan Malioboro. Panas terik menyapa dengan sengit kami para pengunjung yang baru saja sedikit terlena dengan dinginnya mesin pendingin kereta. Perut lapar pun ikut meronta minta diisi. Dan, Malioboro adalah pusatnya kuliner sekaligus belanja. Jogja, here we comeee….
mysanctuary1051.blogspot.com

Seusai makan siang, nasi ayam bakar dan es dawet yang nikmat, kami siap bertualang. Haiiishhh… kamu ngga tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Gayamu bertualang!!! πŸ˜’πŸ˜πŸ˜πŸ˜ Tergoda dengan rute menuju penginapan yang terlihat hanya sepelemparan CD, kami berniat berjalan kaki sambil menikmati suasana ramai Malioboro. Ketika melewati Mirota, toko dengan pernak pernik tradisional yang khas dengan bebauan aromaterapi di sepanjang tokonya, tiba-tiba Cindy, salah satu teman saya, berniat menonton Raminten Cabaret. Tanpa berpikir panjang, kami menanyakan perihal jadwal dan ketersediaan tiket untuk malam itu. Hmmm… Loket tiket mulai dibuka pukul 17.30. Kami masih punya banyak waktu untuk istirahat. Istirahat untuk nanti malam kami akan menyerbu dua tempat tujuan, Raminten Cabaret dan area BBW di JEC.
mysanctuary1051.blogspot.com
Perjalanan panjang baru dimulai... Yak, semangaattt
Waaaaa…. Emang kamu kuat? Cuma dengan sepiring nasi ayam bakar plus es dawet? Kuwaaattlah.

Drama, atau cobaan selanjutnya adalah perjalanan menuju penginapan. Jalur di peta menunjukkan garis lurus dan belok sedikit ke kiri, ternyata tak sesedikit yang kami kira. Ketika saya mulai lelah, saya mengecek peta sekali lagi, dan mendapati lokasi hanya tinggal 5 menit perjalanan. 5 menit pake odong-odong? 5 menit yang beranak pinak berbelas menit hingga rasanya kaki mau copot dan bahu berasa seperti diganduli besi mulai mengganggu. Cindy sempat memberi semangat, tinggal satu belokan lagi. Dan belokan lagi itu rasanya berkilo-kilo meter jauhnya. Duh, apa kabar makan siangku? Apakah engkau sudah terbakar habis tanpa menyisakan lemak atau tenaga untukku?
mysanctuary1051.blogspot.com

mysanctuary1051.blogspot.com
Halaman depan yang luas untuk putar balik ojol 😁
Akhirnya kami tiba juga di penginapan yang terletak di jalan Wirobrajan. Kamar kami bertiga, saya, Cindy dan Watik berada di ujung di lantai dua. Fasilitas kamar sangat minimalis dengan Kasur double, satu colokan listrik untuk mengisi baterai HP dan kipas angin dengan remote control. Wah, jiwa ndeso saya kumat melihat kipas angin yang memiliki remote control wakakakak…

Setelah istirahat cukup, mandi, kami bersiap berangkat menuju Mirota, siap menonton Raminten Cabaret. Dengan gocar yang mengantar kami menuju lokasi, kami sempat memandang hampa jalan-jalan sejauh 2,2 kilometer yang kami lewati tadi siang. Padahal dengan 3000 saja, kami bisa tiba di penginapan menggunakan gocar. Eh, 3000 itu termasuk voucher 10k yang ditawarkan oleh gopay. Jadi, kenapa tadi siang kami berpeluh-peluh dan bersambat-sambat jalan kaki? Ya sudahlah, itung-itung olahraga akhir pekan yang agak jarang saya lakukan πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†
mysanctuary1051.blogspot.com
French fries Raminten, abaikan jempol kaki ya 😁
Begitu tiba di Mirota, kami tiba disana pukul 18.00 lebih, dan ternyata para calon penonton Raminten Cabaret sudah mengambil posisi tempat duduk yang sangat strategis. Kami yang datang belakangan hanya puas duduk di pojok lengkap dengan pemandangan tiang-tiang penyangga yang menghalangi tatapan kami ke panggung. Di sebelah kanan saya ada layar televisi seukuran sekitar 22 inchi untuk para penonton seperti saya, yang terhalang tiang penyangga. Tapi apalah kotak televisi itu yang meninggalkan sensasi menonton langsung.

Pukul 18.30 acara dibuka dengan music keroncong modern. Si mbak penyanyi yang centil ini selain menawarkan suaranya, juga menawarkan ID Instagramnya dan mengundang para penonton untuk mengikutinya. Hahaha…. Setelah ngajak mutualan, terus apa lagi ya, mbak? Hihihi…
Tepat pukul 19.00, Raminten Cabaret dimulai.

Jreeenggg….

Saya yang tidak tahu menahu apa itu cabaret, hanya membayangkan ini semacam teater yang para pelakonnya adalah para ladyboy. Eh, ternyata saya salah dongg… Menurut Wikipedia.
Cabaret is a form of theatrical entertainment featuring music, song, dance, recitation or drama. It is mainly distinguished by the performance venue, which might be a pub, a casino, a restaurant or a nightclub with a stage for performances.
Oh, jadi ini semacam penampilan music di panggung gitu?
mysanctuary1051.blogspot.com
Mbak Mariah Carey KW sedang beraksi lengkap dengan cengkok melejitnya
Lagu pertama menggebrak dengan lagu You Can’t Stop the Beat milik Laura Bell Bundy. Para penari yang ladyboy itu sangat luwes dan centil membuat saya dan dua teman cewek saya lainnya merasa seperti butiran remah krupuk di dasar kaleng Khong Guan. Dengan dandanan seronok, tarian mereka terkadang seronok yang mengundang….mengundang tawa para penonton. πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ Dandanan dan kostum mereka begitu memesona hingga mata minus saya tak bisa membedakan apakah mereka itu sebenarnya ladyboy atau cewek asli. 😁😁
Mbak Ayu Ting-ting KW, ngga lagi nyari alamat palsu, ya, mbak? 

Ada banyak lagu-lagu popular dari penyanyi terkenal yang mereka bawakan, eh, tepatnya mereka nyanyikan secara lip-sync dengan gaya yang mendekati sempuna, mirip penyanyi aslinya. Tak jarang di akhir lagu mereka mendapat tepuk tangan dan siulan riuh dan disusul tawa membahana ketika music playback mengumandangkan dialog antara penyanyi asli dengan panggung yang sebenarnya si penyanyi asli berada.

Anggun KW: Terima kasih, terima kasih (pada penonton), terima kasih juga pada mas Erwin Gutawa (sambil menunjuk udara kosong di belakangnya)

Setelah Anggun, masih banyak sekali penampil lain dengan dandanan yang menyerupai penyanyi asli, seperti Agnez Mo, Mariah Carey, Beyonce feat. Lady Gaga, Jennifer Holliday, penyanyi dangdut siapa saya lupa, dan masih banyak lagi. Tanpa terasa, eh, terasa banget ding, serak dan mulesnya saking banyaknya ketawa, penampilan Raminten Cabaret pun berakhir. Pembawa acara memberi kesempatan para penonton untuk berswafoto bersama para penampil. Dengan gesit, Watik menggeret saya ke panggung demi berfoto bersama mbak Anggun KW, Mariah Carey dan entah siapa lagi. Mereka sangat ramah dan terlihat sangat berterima kasih dengan antusiasme para pengunjung untuk berfoto bersama mereka. Tiket masuk seharga 60k terasa sangat berharga dengan penampilan seru dan keramahan mereka. Thank you for your hard work, guys.
mysanctuary1051.blogspot.com
Pose asik bersama mbak Anggun KW yang asik juga

mysanctuary1051.blogspot.com
Itu si embak cantik lagi naik dingklik ya, tinggi banget 😁
Malam semakin larut. Perut kembali berteriak minta isi. Di Mirota tadi sebenarnya, di tempat Cabaret diadakan, para pengunjung bisa memesan makanan. Sayangnya, kami datang sangat mepet dengan dimulainya acara. Ketika lampu dimatikan dan lampu sorot menyinari panggung, saya sudah nyerah untuk memesan makanan di tempat. Snack yang diberikan di pintu masuk berupa French fries tak cukup mengganjal perut hingga pukul 20.30. Tapi keluar dari Mirota, kuliner Malioboro sudah kembali menggoda. Beraneka macam kuliner dari mulai nasi gudeg, nasi pecel, ayam goreng/ bakar, dll, bisa dipilih.

Setelah perut kenyang dengan nasi pecel dan mendoan, kami siap menjelajah BBW yang terletak di Jogja Expo Center (JEC). Karena malam itu sepanjang jalan Malioboro tertutup untuk kendaraan roda 4, semula saya menduga jika area car free day sudah dimulai sejak saat itu. Tapi ternyata di dekat perempatan Nol Kilometer, berdiri sebuah panggng megah yang pengerjaan rakitannya sudah dimulai sejak siang hari ketika saya lewat daerah tersebut. Malam itu, panggung diisi oleh wayang kulit modern dengan lakon kalo tidak salah Lahirnya Tetuko alias Gatot Kaca. Dua dalang duduk saling berhadapan, yang satu di belakang layar, sementara satunya ada di depan dimana para pengunjung panggung bisa melihat si dalang. Sayang, mata minus saya tidak bisa melihat dengan lebih jelas lagi. Saya hanya mendengar lakon itu disampaikan dalam Bahasa Jawa, tetapi entah di menit ke berapa, saya menyadari lakon disampaikan dalam Bahasa Indonesia.
mysanctuary1051.blogspot.com
Layar tancap wayang modern dekat Nol Kilometer, Jogja
Jam sudah menunjukkan 21.30, menonton wayang yang sangat jarang saya tonton secara langsung ini, ternyata cukup mengasyikkan. Sayangnya kaki pegal ngga bisa ditahan lagi, dan juga udara yang penuh asap rokok, membuat saya pengen undur diri secepatnya. Karena ternyata dua teman saya juga tidak jauh berbeda kondisi fisiknya, kami menyerah untuk pulang, dan berniat mengunjungi BBW keesokan harinya, bakdha Shubuh. Yup, kita mau ikut kuliah Subuh di JEC 😁😁😁

Malam itu, seusai tiba di penginapan, tak banyak yang kami lakukan selain asyik dengan gadget masing-masing. Dan tidur. πŸ˜ͺπŸ˜ͺπŸ˜ͺ

Tepat pukul 5 pagi, alarm HP saya mulai bernyanyi, snooze dua kali dan dua teman saya masih anteng. Dan saya pun bersabda: “JAM SEMENE ORA DO TANGI, JAM ENEM GA BAKAL TEKAN JEC, YUUUUUU…!” Kontan, Cindy tergopoh-gopoh ke belakang, mandi. Disusul saya dan Watik. Dalam waktu kurang dari sejam, kami sudah bersiap. Seseibu yang datang menawarkan jajanan pengganjal perut kami terima dengan lapang dada. Arem-arem, donat dan risol. Yukkk, siyaaapp…. Berangkaaatt… JEC, HERE WE COME!
mysanctury1051.blogspot.com
Masih sepi, gaes, bisa guling2 πŸ˜†
Suasana masih sangat sepi di jalanan menuju lokasi, tapi tidak di area parkir JEC. Mobil-mobil berderet menciutkan nyali kita yang khawatir harus antri hanya untuk masuk ke dalam area pameran. Tapi ternyata pintu masuk masih lengang, kami pun melenggang masuk dengan leluasa.
Dengan menggeret satu keranjang beroda, saya merasa jumawa bakal memborong banyak buku. Padahal ngga yakin dengan kondisi dompet 😁😁😁 Dan benar saja, dari sekian banyak buku bertumpuk itu, saya hanya mengenal dua atau tiga penulis yang terkenal. Selebihnya, saya merasa amnesia, eh, roaming siapa penulis-penulis itu  wakakakak…
mysanctuary1051.blogspot.com
Romance section yang ngga seksi, cuma dikiittt
Di dalam lokasi, ada beberapa pembagian area yang sebelumnya sudah saya terima dari WAG tapi tentu saja tidak saya perhatikan. Saya hanya berjalan longok sana sini sambal menyeret keranjang kosong. Sesekali mata saya melebar, waaaahhh, ada buku ini, tapi kemudian saya letakkan kembali. Hiksss… kondisi dompet dan ruang untuk buku tak memungkinkan untuk kalap. Saya cukup terhibur dan puas menemukan buku Pelisaurus yang teman saya, Dion, katakan sudah susah mendapatkannya. Saya sempat naksir buku anak-anak di area anak-anak, tapi yah, tetap saja saya hanya membeli satu buku, demi memuaskan hati yang sudah jauh-jauh mengunjungi Jogja demi BBW.

Beberapa teman BBI sudah hadir di lokasi juga. Kami sempat tersebar setelah bertemu di area Young Adult. Dua orang teman saya, Dion dan Mbak Ina tak bisa berlama-lama di tempat BBW. Tugas negara sudah memanggil mereka meskipun di hari Minggu. Kalian heibatthh… Beberapa menit kami gunakan untuk ngobrol meski hampir tiap hari kami ngobrol di WAG hahaha… Tapi tentu saja ngobrol langsung terasa beda kan ya? Saya bisa nyolek-nyolek bahu Dion yang tampak berisi. Hihihi… Selang beberapa lama kemudian, dua teman saya yang lain juga menyusul keluar area BBW, Bzee dan Cindy. Dengan tas sebesar belanjaan bulanan, Cindy memamerkan hasil buruannya. Waw, sugoi….. πŸ‘πŸ‘πŸ‘ Dua orang terakhir yang kami tunggu akhirnya keluar juga, Watik dan female Dion.
mysanctuary1051.blogspot.com
Ihiiirrr...poto-potoooo
mysanctuary1051.blogspot.com
Poto selfie sambil ngulet

mysanctuary1051.blogspot.com
Poto bareng ibu guru dan penggagas hukum timbunan sekaligus bakul daster dan skinkerπŸ˜„πŸ˜„
mysanctuary1051.blogspot.com
Gudeg Yu Djum yang melegenda
Perjalanan selanjutnya, kami berencana menyerbu Periplus yang sedang mengadakan diskon buku yang disebut Booktopia. Menyerbu, dengkulmu, Lil hahaha… Kembali dengan ojol, kami sekali lagi melewati jalur Malioboro. Saya yang pendatang saja selama dua hari kunjungan, tiga kali saya melewati jalanan macet Malioboro ini. Bagaimana warga asli sini ya? Hmmm… Mobil ojol berhenti tepat di depan Malioboro mall. Tanpa ba bi bu, kami menuju lantai bawah lokasi Periplus berada. Dan seperti halnya di BBW, saya hanya mampu mengusap lembut sampul buku-buku dari penulis yang saya kenal, tanpa bisa saya miliki hiksss… 
mysanctuary1051.blogspot.com
Belanjaku belum maksimal ini. Haruskah aku kembali, eh, ke Jogja kembali? πŸ˜…
Rombongan kecil kami mulai terpencar, saya yang sudah mulai merasa sakit kepala, Watik yang mulai tremor dengan belanjaan bukunya, dan Cindy yang tiba-tiba menghilang. Ternyata Cindy sedang berjibaku dengan antrean panjang bakpia kukus Tugu wakakakak… Ya ampun, masih kurang bawaan ternyata teman saya yang satu ini. Dan ternyata toko penjual bakpia kukus itu tidak merestui keinginan Cindy. Kurang 3 orang di depannya, persediaan habis. Yaaaahhh… cediihh dech… Gudeg Yu Djum jadi ngga ada temennya deh hihihi…

Jam check out penginapan seperti biasa pukul 12.00. Pukul 11.00 lewat, kami masih mencoba menghabiskan sisa0sisa waktu dengan belanja batik di Malioboro. Lumayanlah untuk keponakan kecil di rumah. 11.30 kami tiba kembali di penginapan, dengan kilat kami menuntaskan packing yang sudah kami lakukan di pagi hari. Tapi apa daya, batere HP sudah tinggal 33 persen. Dengan alasan itu, kami kembali leyeh-leyeh di pendopo atas penginapan sambil mengisi baterai HP.

Pukul 14.00 kurang, kami sudah tiba di terminal bis Jombor. Bis Nusantara keberangkatan pukul 14.00 telah penuh, dan kami terpaksa menanti bis selanjutnya, Ramayana. Pukul 14.40, bis mulai merambat berangkat meninggalkan terminal. Karena pusing, saya sempat minumobat paracetamol demi sedikit meredakan sakit kepala saya. Dan, syukur alhamdulillah, perjalanan saya isi dengan tidur pulas, dan terbangun dengan kondisi bis yang menyeramkan. 😱😱😱
mysanctuary1051.blogspot.com
Naik-naik ke puncak gunung
Demi menghindari kemacetan di beberapa bagian yang biasa macet, supir bis ini mengambil jalan alternative dengan menaiki bukit-bukit di seputar Magelang. Tak disangka, ada sedikit masalah dengan mesin bis yang mengakibatkan jalan bis tersendat-sendat. Di tiap tanjakan, si bis ini terdengar ngeden, dan mesin mati tiba-tiba. Dan ketika mesin menyala, laju bis mundur beberapa centimeter yang membuat para penumpang histeris. Huhuhuhu….

Dengan drama bis yang ajut-ajutan itu, akhirnya kami tiba di Semarang dengan selamat. Alhamdulillah. Terima kasih teman-teman Jogja yang sudah bela-belain datang ke JEC demi belanja buku, eh, ketemu sekedar haha hihi sejenak bersama kami. Terima kasih teman dalam perjalanan, yang mau berbagi udara penuh debu dan asap dan keceriaan. Wish to have more trips with you again. πŸ‘‹πŸ‘‹πŸ‘‹

mysanctuary1051.blogspot.com
Sampe rumah, bakpia kukus Tugu sudah mejeng di atas meja makan. EnyaaakkπŸ˜‹

Credit foto:

Makasih untuk Mbak Ina dan Watik, dan BBW

1 Response to "Bepergian ke Jogja yang Penuh Drama"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel